Archive for Februari 2013


BUDAYA KITA

Bagai cermin
Urai makna –makna hidup
Dengan atau tanpa kata
Atas dasar norma
Yang tak menentang tabiat manusia
Atau bisik – bisk sukma

Kalaupun budaya itu sebulir pisang
Ia tetap bisa berkata
Tapi melalui dengus
Ajaran sejarah


ARCA KEHILANGAN MAKNA

Masa bercerita, dengan
Arca, adat, dan budaya

Nelangsa meleleh
Uapnya musnah

Tatkala muncul
Berlian sejarah manis, oleh
Sensasi mata air budaya

Korden menghambur
Umbar rasa sesah, tentang
Degradasi memori
Untuk mengenang
Sejarah penuh jasa


Karya Yang Tak Terpenakan

Posted by Unknown
Rabu, 06 Februari 2013

Laki-laki itu menyeret-nyeret gerobak sekaligus peti mati buat anaknya di tengah belantara kota. Di dalam gerobak itu, tergeletak tubuh kecil, yang sudah terbujur kaku, berselimutkan kain sarung kumal miliknya yang sudah tidak karuan warnanya.

Wajah anak lelaki itu telah beku, berkawan dingin yang sejak tadi merajamnya. Terlelap selamanya untuk sebuah kematian yang terasa begitu memedihkan. Busung lapar telah merenggut nyawanya dua hari yang lalu. Laki-laki itu mengumpat pada kemiskinan yang menjerat lehernya. Kemiskinan pula yang menerbangkan selembar nyawa anaknya.

"Tidak, aku tidak boleh benci kemiskinan. Kemiskinanlah yang membuat anakku terbebas dari penderitaan," dia berkata pada dirinya sendiri. Membesarkan hatinya yang terluka menganga. Kematian kadang diperlukan untuk mengakhiri sebuah penderitaan yang berkepanjangan. Kematian kadang mengundang kearifan.
Dari langit gerimis masih terus turun meneritis. Mengguyur kota, membuatnya kuyub menggigil kedinginan. Wajah lelaki itu terlihat basah tertimpa gerimis. Kaos yang membungkus tubuhnya yang tipis juga ikut basah. Dia mendongak. Menantang langit. Menggeram marah pada langit yang masih juga berwarna kelam kelabu. Sesekali terlihat kilat yang menyambar dahsyat disusul petir yang memekakkan telinga. Memotret kota sepreti sebuah pekuburan besar dengan bangunan yang mencakar langit.

Lelaki itu sama sekali tidak mempedulikan petir yang sesekali masih menyambar. Dengan tegar dia terus menyeret gerobak yang berisi mayat anak semata wayangnya. Menyeretnya tanpa henti seperti napasnya yang terus bersembulan keluar dari lubang hidungnya yang besar. Dua hari sudah dia berputar-putar ke seluruh penjuru kota, mencari tempat penguburan buat anaknya. Dia makin kebingungan dengan malam yang sebentar lagi pasti akan datang menyergapnya.

Hatinya teriris perih. Dia tak tahu ke mana harus menguburkan jenazah anaknya. Di sakunya tidak ada uang sesen pun untuk biaya penguburan. Tak ada yang gratis di kota ini. Semua harus memakai uang. Begitu pula untuk sebuah kematian.

Lelaki itu berhenti sejenak. Hatinya gamang. Tercabik. Menyeka wajahnya yang letih, basah oleh keringat bercampur air hujan. Perutnya berkeriuk lapar. Rasa perih menyayat ususnya. Ketika mendongak, asin air hujan tak sengaja tertelan oleh tenggorokannya.

Memandang gedung pencakar langit di depannya, betapa laki-laki itu merasa dirinya sangat kerdil. Dirinya tak lebih dari sebutir debu di antara lautan pasir yang membentang.

Kemudian desir angin yang membawa hawa dingin itulah yang membuatnya bergerak, menyeret peti mati itu
lagi. Dunia harus tetap berputar. Bumi tak mungkin berhenti karena kematian anaknya. Namun, sedetik kemudian, sebersit kebimbangan menyergapnya kembali. Ke mana lagi dia hendak melangkah. Kakinya pegal mengukur jalan kota yang sepertinya tidak berujung. Otot tangannya seakan sudah lumpuh. Hmm, kota yang tidak ramah, untuk sebuah duka sekalipun. Dia tak mempunyai saudara yang bisa dituju. Yang bisa dimintai bantuan.

Di kota sebesar ini ia bagaikan makluk yang terasing. Dia hanyalah seorang penarik sampah dengan upah yang tidak menentu. Harga dirinya tak lebih dari seonggok sampah yang dibuangnya tiap hari. Dia kota sebesar ini siapa yang mau peduli pada seonggok sampah?

Selangkah demi selangkah ia menyeret lagi peti mati anaknya. Langkahnya makin berat karena tenaganya makin berkurang. Di kota sebesar ini tak seorang pun mau peduli. Semua orang sibuk dengan urusannya masing-masing. Sebuah mobil mewah melintas dengan cepat. Kubangan air tergilas roda dan wajah lelaki itu tersiram air yang tergencet. Matanya terasa pedih dan perih.

Lelaki itu mengelap wajahnya dengan ujung kaos yang juga sudah basah. Diliriknya wajah anaknya yang makin beku dan membiru. Hatinya terbelah.

Aku harus cepat-cepat menguburkannya, ucapnya dalam hati. Lantas kembali diseretnya peti mati itu. Hari sudah semakin gelap. Senja sudah lama selesai. Kota bermandikan cahaya. Ribuan cahaya lampu telah membuat kota kembali bernyawa. Lelaki itu makin terasing dengan dirinya sendiri. Dia merasa sungguh dekil di kota yang seluruh penghuninya berbau wangi.

Dia pun berhenti sejenak untuk melepas lelah. Kini dia dihadapkan pada jurang keputus-asaan. Dalam keputus-asaan yang memuncak itu tiba-tiba lelaki itu melihat bayangan hitam turun dari langit. Dia seperti tidak percaya pada pandangan matanya sendiri. Langit yang sudah hitam makin bertambah hitam, karena munculnya ribuan bayangan itu.

Ribuan gagak tiba-tiba muncul dari langit, menyerbu kota dengan suara kaok-kaok yang mendirikan bulu roma. Ribuan gagak yang entah dari mana datangnya, muncul begitu saja dari langit yang gelap dan bertabur gerimis. Gagak-gagak yang ganas menyambar-nyambar di tengah kota. Dengan sebuah sekop sampah laki-laki itu mengusirnya. Ribuan gagak terus beterbangan mencari mangsa. Langit seperti berselimut kain hitam, karena banyaknya gagak yang beterbangan.

"Aku mencium bau mayat!" serang warga kota keluar dengan menutup hidungnya. Puluhan gagak langsung menghajarnya tanpa ampun. Keributan segera meledak di kota.
"Lelaki pembawa mayat itulah yang mengundang ribuan gagak masuk kota!" "Lelaki itu harus kita usir!"
"Kota kita berubah menjadi ladang pembantaian. Kota kita menjadi kota kematian!"
"Mana polisi? Mana tentara? Harusnya gagak-gagak itu dimusnahkan. Sebelum kita dilumatnya habis."
Mobil polisi segera datang dengan suara sirine yang menguing-nguing menggetarkan. Ribuan gagak ditembaki dan terkapar mati. Memenuhi jalanan dan darahnya yang amis bertebaran di jalanan. Namun, ribuan gagak yang lain segera berdatangan, dengan suara kaok-kaok memenuhi langit. Gagak-gagak yang lebih ganas dari tadi. Menyambar-nyambar dengan paruhnya yang tajam. Bau kematian merebak ke mana-mana. Memenuhi udara kota.
"Bising! Aku bising dengan suara gagak."
"Bagaimana ini polisi! Kalau kerja yang becus dong. Jangan cuma mau menerima uang suap kami!"
"Kami sudah menembaknya habis-habisan. Lihatlah peluru kami yang habis," polisi muda itu membela diri. Dia belum pernah berhadapan dengan ribuan gagak yang sebanyak itu. Hatinya ngeper juga. Setiap gagak ditembak mati, selalu muncul gagak yang lain yang lebih ganas. "Auh, tanganku kena cakarnya!"
"Ambil bazoka...! Lumat mereka!"
Kegemparan meledak di mana-mana. Ketenangan kota tercabik. Suara gagak berkaok-kaok, desing gagak yang terbang menyambar, mengundang maut.

Bazoka segera dikeluarkan dari gudang senjata, terus melabrak gagak-gagak yang beterbangan. Banyak gagak terkapar mati. Namun percuma, gagak-gagak yang lain segera mengganti. Berkaok-kaok terus tanpa pernah takut mati terkena bazoka.
"Brengsek! Kota kita penuh gagak-gagak brengsek ini!"
"Ke mana lelaki pembawa mayat itu?"
"Dia harus bertanggung jawab atas semua ini. Dialah pengundang gagak-gagak sialan itu."
"Sabar, tenang sedikit. Gagak-gagak itu tak bisa kita usir kalau hanya bermodal panik," seseorang mencoba menenangkan di tengah massa yang panik itu. Namun dia malah bernasib malang, tubuhnya didorong ke belakang hingga dia jatuh terjengkang dan menindih bangkai-bangkai gagak yang bergelimpangan di jalan-jalan.
"Mana petugas kebersihan kota. Dia harus segera menyingkirkan bangkai-bangkai gagak ini."
"Busyet, kondisi segawat ini masih juga kau memikirkan kebersihan. Mikir dong!"

Seketika kota yang biasanya berwajah damai tampak bagaikan neraka. Kepanikan menjadi milik semua orang. Kematian hampir terjadi setiap saat, karena gagak-gagak itu mencabik-cabik daging orang dengan ganasnya. Teriakan tolong melolong di mana-mana. Puskesmas dan rumah sakit penuh dengan korban yang terluka. Tapi mereka hanya terlentang tak berdaya karena tak ada yang mengurusi. Semua orang takut kena serangan gagak. Tak terkecuali dokter-dokter rumah sakit itu. Mereka memilih bersembunyi, mencari selamat sendiri.

Sekarang semua orang sibuk memikirkan keselamatan diri sendiri. Menyelamatkan nyawa yang cuma selembar. Mereka berlindung di dalam rumah, pintu dan jendela rumah dikunci. Mereka menggunakan apa saja untuk melindungi tubuh mereka. Namun, gagak-gagak rakus itu masih juga bisa masuk rumah, entah lewat mana.

Bahkan, ribuan gagak menyusup ke mall, hotel, restoran, pasar, rumah sakit, dan kamar mayat. Mencari mangsa manusia. Menyerang manusia dengan ganasnya. Ribuan orang ketakutan. Teror gagak menyebar ganas ke seluruh kota. Setiap menit selalu ada nyawa yang melayang.

Sementara, laki-laki itu meninggalkan kota dengan masih terus menyeret-nyeret peti mati anaknya. Tak seorang pun peduli. Dia ingin mencari tempat untuk mengubur mayat anaknya. Di belakang punggungnya ribuan gagak masih berpesta pora di tengah kota.

Gerimis masih setia meneritis menemani malam ketika laki-laki itu tertatih-tatih menyeret peti mati anaknya. Dia tak tahu ke mana harus menuju.

Cerpen Punto Aditya Wardana , Cerpen ini merupakan juara pertama Sayembara Penulisan Cerita Pendek Remaja Tingkat Nasional 2005 yang diadakan oleh Pusat Bahasa Jakarta. Cerpen karya siswa SMP Negeri I Blora, Jawa Tengah, itu menyisihkan 1.139 cerpen peserta lain dari seluruh tanah air. Dewan Juri yang diketuai Hamsad Rangkuti juga memilih cerpen Karena Saya Ingin Berlari karya Kadek Sonia Piscayanti dari Singaraja, Bali, sebagai juara kedua. Dan, cerpen Belati Lempad karya I Komang Widana Putra dari Amlapura, Bali, sebagai juara ketiga. Dewan juri juga memilih tiga juara harapan dan empat pemenang hiburan.

Tari Saman, Khas Nanggroe Aceh Darussalam ( fikrirasyid.com)
 Kenapa dinamakan Tari Saman ?

Dinamai Saman karena diciptakan oleh seorang Ulama Aceh bernama Syekh Saman pada sekitar  abad XIV Masehi, dari dataran tinggi Gayo. Awalnya, tarian ini hanya berupa permainan rakyat yang bernama Pok Ane. Namun, kemudian ditambahi iringan syair-syair yang berisi puji-pujian kepada Allah SWT, serta diiringi pula kombinasi tepukan-tepukan para penari. Saat itu, tari saman menjadi salah satu media dakwah.

       
Pada mulanya, tari saman hanya ditampilkan untuk even-even tertentu, seperti pada perayaan Hari Ulang Tahun Nabi Besar Muhammad SAW atau disebut peringatan Maulid Nabi Muhammad SAW. Biasanya, tari saman ditampilkan di bawah kolong Meunasah (sejenis surau panggung). Namun seiring kemajuan zaman, tari Saman pun menjadi semakin sering dilakukan. Kini, tari saman dapat digolongkan sebagai tari hiburan/pertunjukan, karena sudah tidak terikat dengan waktu, peristiwa atau upacara tertentu.Sekarang, Tari Saman dapat ditampilkan pada acara seperti pesta ulang tahun, pesta pernikahan, atau perayaan-perayaan lainnya. Untuk tempatnya, tari Saman biasa dilakukan di rumah, lapangan, dan ada juga yang menggunakan panggung.

Tari Saman biasanya ditampilkan dipandu oleh seorang pemimpin yang lazimnya disebut Syekh. Penari Saman dan Syekh harus bisa bekerja sama dengan baik agar tercipta gerakan yang kompak dan harmonis. Betapa indahnya padi di sawah dihembus angin yang lemah gemulai. Namun begitu, burung kedidi yang lebih dulu sebagai calon pengantin serta membawa nama yang harum.

           
A.Nyanyian

Pada tari Saman, terdapat 5 macam nyanyian :

1. Rengum, yaitu sebagai pembukaan atau mukaddimah dari tari Saman (yaitu setelah dilakukan sebelumnya keketar pidato pembukaan). Rengum ini adalah tiruan bunyi. Begitu berakhir langsung disambung secara bersamaan dengan kalimat yang terdapat didalamnya, antara lain berupa pujian kepada seseorang yang diumpamakan, bisa kepada benda, atau kepada tumbuh-tumbuhan.

2. Dering, yaitu rengum yang segera diikuti oleh semua penari.

3. Redet, yaitu lagu singkat dengan suara pendek yang dinyanyikan oleh seorang penari pada bagian tengah tari.

4. Syek, yaitu lagu yang dinyanyikan oleh seorang penari dengan suara panjang tinggi melengking, biasanya sebagai tanda perubahan gerak.

5. Saur, yaitu lagu yang diulang bersama oleh seluruh penari setelah dinyanyikan oleh penari solo.

B.Gerakan

            Ada dua unsur gerak yang menjadi unsur dasar dalam tarian saman: Tepuk tangan dan tepuk dada. Diduga, ketika menyebarkan agama Islam, syeikh saman mempelajari tarian melayu kuno, kemudian menghadirkan kembali lewat gerak yang disertai dengan syair-syair dakwah Islam demi memudahkan dakwahnya. Dalam konteks kekinian, tarian ritual yang bersifat religius ini masih digunakan sebagai media untuk menyampaikan pesan-pesan dakwah melalui pertunjukan-pertunjukan.

Tarian Saman termasuk salah satu tarian yang cukup unik, karena hanya menampilkan gerak tepuk tangan dan gerakan-gerakan lainnya, seperti gerak guncang, kirep, lingang, surang-saring (semua gerak ini adalah bahasa Gayo). Selain itu, ada 2 baris orang yang menyanyi sambil bertepuk tangan dan semua penari Tari Saman harus menari dengan harmonis. Dalam Tari Saman biasanya, temponya makin lama akan makin cepat supaya Tari Saman menarik.

C.Penari

Pada umumnya, tari Saman dimainkan oleh belasan atau puluhan laki-laki. tetapi jumlahnya harus ganjil. Namun, dalam perkembangan selanjutnya, tarian ini juga dimainkan oleh kaum perempuan. Pendapat Lain mengatakan tarian ini ditarikan kurang dari 10 orang, dengan rincian 8 penari dan 2 orang sebagai pemberi aba-aba sambil bernyanyi. Namun, perkembangan di era modern menghendaki bahwa suatu tarian itu akan semakin semarak apabila ditarikan oleh penari dengan jumlah yang lebih banyak. Di sinilah peran Syeikh, ia harus mengatur gerakan dan menyanyikan syair-syair tari Saman.

Kostum atau busana khusus saman terbagi dari tiga bagian yaitu:

· Pada kepala: bulung teleng atau tengkuluk dasar kain hitam empat persegi. Dua segi disulam dengan benang seperti baju, sunting kepies.

· Pada badan: baju pokok/ baju kerawang (baju dasar warna hitam, disulam benang putih, hijau dan merah, bahagian pinggang disulam dengan kedawek dan kekait, baju bertangan pendek) celana dan kain sarung.

· Pada tangan: topeng gelang, sapu tangan. Begitu pula halnya dalam penggunaan warna, menurut tradisi mengandung nilai-nilai tertentu, karena melalui warna menunjukkan identitas para pemakainya. Warna-warna tersebut mencerminkan kekompakan, kebijaksanaan, keperkasaan, keberanian dan keharmonisan.

Tari saman memang sangat menarik. Pertunjukkan tari Saman tidak hanya populer di negeri kita sendiri, namun juga populer di mancanegara seperti di Australia dan Eropa. Baru-baru ini tari saman di pertunjukkan di Australia untuk memperingati bencana besar tsunami pada 26 Desember 2006 silam. Maka dari itu, kita harus bangga dengan kesenian yang kita miliki, dan melestarikannya agar tidak punah.

Apa pelajaran dalam tari saman ?

Syeikh, amir, atau imam menentukan gerakan dinamis dan serempak tarian jamaahnya. Maju bersama, mundur, duduk, bersila seperti dalam Saman; berjingkrak, bahkan berlari dengan bersemangat seperti dalam Seudati. Lemah gemulai dan lembut seperti dalam Ranub Lampuan. Dibantu aneuk syeikh, seorang syeikh menentukan irama, emosi, dan gerak para penarinya.

Kerjasama dan saling percaya antara syeikh dengan para penarinya adalah keniscayaan. Tak ada tari Aceh tanpa kerjasama dan saling percaya. Tari kehilangan keindahan dan pesonanya. Coba bayangkan tangan, tubuh, kepala yang saling berbenturan di tengah kegesitan gerakan serempak Tari Saman! Taripun buyar. Taripun kehilangan eksistensinya!

Seperti tarian Aceh, orang Aceh bisa maju dan mempesona jika dia berjamaah. Kelemahannya, setiap jamaah sangat rentan terhadap ”bisikan syeitan”. Jika satu penari khianat karena kepentingan pribadi atau kena rayuan dari luar tarian—dan ini sangat mudah dalam dunia yang makin hedonistik ini, maka rusaklah seluruh tarian. Penari bisa terpengaruh atau dibeli. Kalau satu terbeli, shaf jamaah bolong. Kalau shaf jarang setan bisa lewat!

Seperti tarian Aceh, orang Aceh bisa maju dan bahagia jika syeikh-nya adalah imam yang berilmu, tegas, tapi juga demokratis dan terbuka. Banyak orang Aceh masih menderita sampai sekarang karena Aceh sudah lama kehilagan pemimpin yang bisa memimpin gerak maju rakyatnya. Seperti Tari Saman atau Likok Pulok tanpa syeikh.

Selama ini, pemimpin Aceh juga banyak yang pelupa. Adalah kewajiban rakyat yang tahu untuk mengingatkannya, seperti kewajiban makmum mengingatkan imam yang lupa dalam shalat jamaahnya. Supaya jamaah tidak perlu bubar; supaya tarian tetap rampak mempesona.

Semoga Aceh tidak (lagi) mendapat imam yang suka kentut ketika sedang berjamaah; dan tidak ada (lagi) syeikh yang kehilangan suara di tengah puncak semangat para penarinya. Jika ada, semoga sang imam tahu diri untuk mundur dan ada yang mau maju menggantikannya!(Saiful Mahdi)

Tari Saman, Lambang Keserasian dan Kekompakan

Posted by Unknown
Selasa, 05 Februari 2013
Warga menikmati sate kerbau

Pernah dengar sate kerbau? Ya betul, kerbau.Hewan yang selama ini kita kenal untuk membajak sawah ternyata dapat dijadikan makanan yang memiliki cita rasa yang tinggi. Sate kerbau, makanan berbahan dasar daging kerbau yang menjadi salah satu makanan unik dari Kota Kudus ini dapat disantap sebagai menu sarapan, makan siang, bahkan sebagai makan malam.

Bagaimana cerita munculnya sate kerbai di kudus ?

Cerita yang mengawali adanya sate kerbau ini, konon masyarakat Kota Kudus banyak yang menganut agama Hindu. Sapi adalah hewan yang keramat bagi agama tersebut. Setelah agama Islam masuk dan disebarkan oleh Sunan Kudus, sebagai bentuk toleransi terhadap umat Hindu, Ia melarang umatnya menyembelih sapi pada saat hari raya Idul Adha dan diganti dengan kerbau. Sejak itu pula masyarakat Kudus mulai membuat kreasi dari daging kerbau, salah satunya adalah sate kerbau ini.

Pembuatan sate kerbau ini sangat unik. Biasanya sate terbuat dari daging mentah yang langsung dibakar, tetapi sate kerbau memiliki cara yang berbeda. Daging kerbau sebelumnya dicincang terlebih dahulu. Kemudian potongan daging kerbau tersebut dimemarkan dengan cara dipukul-pukul, kemudian dibumbui dan dimasak terlebih dahulu. Setelah itu baru ditusuk dan dibakar.Waktu pembakarannya pun tidak terlalu lama, untuk menjaga supaya daging tidak menjadi keras.

Bumbu dari sate ini juga unik. Sate kerbau memakai bumbu kacang seperti sate ayam, tetapi lebih encer. Bumbunya terbuat dari campuran kacang tanah, serundeng, bawang merah, bawang putih, dan kentang yang dihaluskan. Untuk harga satu porsi sate Kerbau berkisar antara Rp15 ribu hingga Rp 20 ribu.


Salto, atraksi reog hibur penonton ( kibagusx.blogspt.com)
Apa itu reog ?

Awalnya Reog merupakan salah satu bentuk kesenian rakyat yang sangat sederhana. Kesederhanaan dan kesahajaan dapat diamati dari tata rias dan tata busana, bentuk gerak para penari yang relatif sederhana oleh karena semula hanya seperti berjalan-jalan kemudian sedikit agak bergoyang mengikuti bunyi instrumen yang berirama.

Dalam sajian Reog, hanya gerak – gerakan yang relatif  dominan, terutama atraksi Dhadhak Merak dengan Topeng Ganongan. Beberapa pemegang peran tari yang lain diantaranya adalah : Dhadhak Merak  ( Pembarong yang memainkan Topeng kepala Singa dengan jamang bulu merak yang ditata bagaikan kipas dengan ukuran lebar dua meter, tinggi dua setengah meter), Topeng Ganongan, Klana Topeng, Jathil (sebagai pemain kuda kepang), dan Warok (tokoh yang memakai kolor, berpakaian hitam-hitam, memiliki kesaktian) . Bentuk sajian semula lebih tampak sebagai sebuah prosesi adat, banyak berjalan kadang-kadang berhenti untuk atraksi Dhadhak Merak yang berpasangan dengan Topeng Ganongan.

Kesederhanaan dan kesahajaan juga dapat diamati dari seperangkat instrumen yang digunakan sebagai iringan yang terdiri dari: Sebuah Kendang besar, sebuah Kendang ketipung, sebuah Seruling, sebuah Terompet, Gong besar dari besi, Ketuk dari besi dan dua buah Angklung. Permainaninstrumen relatif mudah disajikan. Kendang mempunyai peranan yang sangat vital yaitu sebagai pengendali dan pengatur seluruh bunyi instrumen terutama mengenai irama: keras-lirih, cepat-lambat, dan pergantian bentuk gending. Irama permainan kendang lebih banyak mungkus dalam mengiringi tarian, terutama atraksi Dhadhak Merak dengan Topeng Ganongan. Irama gending seirama jalannya pasukan berbaris dan relatif agak monoton. Irama dinamis terjadi pada saat Dhadhak Merak dan Topeng Ganongan melakukan atraksi.

Permainan diawali dari Tarian Topeng Ganong yang mencoba menggoda Dhadhak Merak dengan gerak-gerak geculan, kemudian semakin meningkat menjadi sebuah permusuhan yang membuat pertunjukan semakin menarik dan memikat penonton. Pemegang peran yang lain seperti Warok, Jathil, Klana Topeng sebagai penari depan yang berbaris menjadi cucuk lampah untuk mengawali barisan dengan bentuk gerak yang sederhana.Reog berkembang di luar daerah asal mulanya seperti Jawa Timur, Jawa Tengah dan Daerah Khusus Ibukota Jakarta. Sebagai kesenian, Reog berkembang dalam berbagai bentuk mengikuti seniman penyajinya. Reog oleh pemerintah kabupaten Ponorogo diangkat men¬jadi kesenian khas tradisional yang menjadi aset Pariwisata daerah. Reog kemudian disajikan dalam berbagai bentuk pertunjukan. Dalam beberapa festival, muncul Reog yang dikemas secara ringkas dan padat akan tetapi tetap memiliki kualitas yang tinggi. Reog dalam bentuk kemasan kemudian dijadikan andalan Pariwisata. Permasalahan yang utama adalah bagaimanakah sajian Reog kemasan Pariwisata yang menjadi obyek wisata unggulan? Reog sebagai seni kemasan memerlukan penggarapan yang serius agar lebih menarik wisatawan baik domestik maupun wisata manca negara termasuk dalam berbagai pendukungnya.

Bagaimana cerita sejarah dibalinya ?

Kepala macan merupakan personifikasi dari raja Brawijaya dari Majapahit, sedangkan burung merak sebagai personifikasi dari putri kerajaan Campa. Bentuk kepala macan yang dikendarai oleh seekor burung Merak bermakna bahwa kekuasaan raja yang agung, berwibawa ditaklukkan dan dikuasai oleh putri dari Campa. Proses simbolisasi menunjukkan makna sebagai akhir yang menjadikan runtuhnya kerajaan Majapahit (Iskandar, wawancara 15 Fehruari 2002). Hancurnya kerajaan Majapahit, munculnya pusat kerajaan baru di Jawa Tengah yaitu kerajaan Demak yang merupakan kerajaan Islam pertama di Pulau Jawa.


Bagaimanakah bentuk masjid Al-Aqsha menara Kudus ?

Masjid Menara Kudus ini memiliki 5 buah pintu sebelah kanan, dan 5 buah pintu sebelah kiri.Jendelanya semuanya ada 4 buah.Pintu besar terdiri dari 5 buah, dan tiang besar di dalam masjid yang berasal dari kayu jati ada 8 buah. Namun masjid ini tidak sesuai aslinya, lebih besar dari semula karena pada tahun 1918-an telah direnovasi. Di dalamnya terdapat kolam masjid, kolam yang merupakan "padasan" tersebut merupakan peninggalan kuna dan dijadikan sebagai tempat wudhu.

Di dalam masjid terdapat 2 buah bendera, yang terletak di kanan dan kiri tempat khatib membaca khutbah. Di serambi depan masjid terdapat sebuah pintu gapura, yang biasa disebut oleh penduduk sebagai "Lawang Kembar".

Di komplek Masjid juga terdapat pancuran untuk wudhu yang berjumlah delapan buah.Di atas pancuran itu diletakkan arca.Jumlah delapan pancuran, konon mengadaptasi keyakinan Buddha, yakni ‘Delapan Jalan Kebenaran’ atau Asta Sanghika Marga.

Menurut sejarah, Masjid Menara Kudus didirikan oleh Sunan Kudus atau Ja'far Shodiq ialah putera dari R.Usman Haji yang bergelar dengan Sunan Ngudung di Jipang Panolan (ada yang mengatakan tempat tersebut terletak di sebelah utara Blora). Sunan Kudus kawin dengan Dewi Rukhil, puteri dari R.Makdum Ibrahim, Kanjeng Sunan Bonan di Tuban. R.Makdum Ibrahim adalah putera R.Rachmad (Sunan Ampel) putera Maulana Ibrahim. Dengan demikian Sunan Kudus adalah menantunya Kanjeng Sunan Bonang. Sunan Kudus selain dikenal seorang ahli agama juga dikenal sebagai ahli ilmu tauhid, ilmu hadist dan ilmu fiqh. Karena itu, diantara kesembilan wali, hanya beliau yang terkenal sebagai "Waliyil Ilmi".
Bagaimana kalau bentuk menaranya ?

Menara Kudus memiliki ketinggian sekitar 18 meter dengan bagian dasar berukuran 10 x 10 m. Di sekeliling bangunan dihias dengan piring-piring bergambar yang kesemuanya berjumlah 32 buah.Dua puluh buah di antaranya berwarna biru serta berlukiskan masjid, manusia dengan unta dan pohon kurma.Sementara itu, 12 buah lainnya berwarna merah putih berlukiskan kembang. Di dalam menara terdapat tangga yang terbuat dari kayu jati yang mungkin dibuat pada tahun 1895 M. Bangunan dan hiasannya jelas menunjukkan adanya hubungan dengan kesenian Hindu Jawa karena bangunan Menara Kudus itu terdiri dari 3 bagian: (1) kaki, (2) badan, dan (3) puncak bangunan. Menara ini dihiasi pula antefiks (hiasan yang menyerupai bukit kecil).
Kaki dan badan menara dibangun dan diukir dengan tradisi Jawa-Hindu, termasuk motifnya.Ciri lainnya bisa dilihat pada penggunaan material batu bata yang dipasang tanpa perekat semen.Teknik konstruksi tradisional Jawa juga dapat dilihat pada bagian kepala menara yang berbentuk suatu bangunan berkonstruksi kayu jati dengan empat batang saka guru yang menopang dua tumpuk atap tajug.

Pada bagian puncak atap tajug terdapat semacam mustaka (kepala) seperti pada puncak atap tumpang bangunan utama masjid-masjid tradisional di Jawa yang jelas merujuk pada unsur arsitektur Jawa-Hindu.
Kenapa Masjid dan menaranya dibuat menyerupai bangunan hindu – budha ?

 Cara Sunan Kudus menyebarkan agama Islam adalah dengan jalan kebijaksanaan, sehingga mendapat simpati dari penduduk yang saat itu masih memeluk agama Hindu. Salah satu contohnya adalah, Sapi merupakan hewan yang sangat dihormati oleh agama Hindu, suatu ketika kanjeng Sunan mengikat sapi di pekarangan masjid, setelah mereka datang Kanjeng Sunan bertabligh, sehingga diantara mereka banyak yang memeluk Islam. Dan sampai sekarang pun di wilayah Kudus, khususnya Kudus Kulon dilarang menyembelih sapi sebagai penghormatan terhadap agama Hindu sampai dengan saat ini.

Dan dengan jalur bijaksana pula Sunan kudus mengajak orang – orang hindu masuk islam melalui bentuk bangunan ini, konon masyarakat Kota Kudus banyak yang menganut agama Hindu. Setelah agama Islam masuk dan disebarkan oleh Sunan Kudus, sebagai bentuk toleransi terhadap umat Hindu, Ia membuat masjid dan menara berbentuk Candi dan Pura.. Baik mulai pintu gerbangnya sampai hampir seluruh bagian bangunan dibuat menyerupai hindu –budha . dan masyarakat hindu di sekitar menara kala itu, sangat antusias dan senang dengan bangunan yang hingga kini masih berdiri tersebut. 

Cermin Purba -Di depan gerbang surga , manusia menanti gilirannya dihakimi tuhan. Setelah mengantri , ada manusia yang masuk area depan gerbang surga , ia pun takjub , melihat di tembok gerbang surga terdapat jam dan label negara – negara di dunia.

Namun ada yang aneh  dari jam tersebut. Setiap negara punya kecepatan putaran yang berbeda dengan jam neara lainnya. Melihat hal unik itu, salah seorang dari mereka bertanya,



Orang filipina     : “ malaikat , kenapa tuh kok kecepatan muter nya beda – beda ?”

Malaikat               : “ oh  .. kecepatan putaran jam –jam itu tergantung seberapa tinggi tingkat korupsi negara  anda ,Semakin besar  tingkat korupsi semakin cepat putaran jarum jam “
orang filipina      : “oh begitu ..( sambil berbisikke yang lain) emang bener kata orang si Estrada korupnya gila –gilaan”
orang Thailand : “ wah brengsek ! ternyata Somachai Qongsawat juga korupsi ! pantes negara gue   miskin !!
orang singapura : “ Hahaha .. jam negara gue slow banget tuh .. kebukti negara gue bersih dari yang namanya korupsi”

orang Indonesia :  ( melihat - lihat sekitar .. gak menemukan jam negaranya ,lalu dia bertanya) “malaikat , kenapa jam negara saya gak adaa ?? saya tidak melihat jam saya ada…”
malaikat               : “ sebelumnya saya minta maaf atas ketidak sopanan ini, coba lihat kesana.. jam negara anda kami pakai sebagai kipas angin”


Cermin Purba - Menurut Edward Burnett Tylor, kebudayaan merupakan keseluruhan yang kompleks, yang di dalamnya terkandung pengetahuan, kepercayaan, kesenian, moral, hukum, adat istiadat, dan kemampuan-kemampuan lain yang didapat seseorang sebagai anggota masyarakat.
Berkaca dari itu, budaya bisa jadi refrensi menuju titik balik moral yang lebih baik. Sebab setiap budaya punya 2 aspeknilai : nilai moral dan nilai sejarah .
Tentang nilai moral. Semisal saja , tari saman.Tari Saman mengajarkan moral berorganisasi nilai itu diantaranya tentang kekompakan bergerak, paham posisi masing – masing agar kerjasatu pihak dengan pihak lain tidak bertabrakan. Lalu juga, mesti punya semangat yang sama, yang kalau dalam Saman digambarkan dengan kecepatan anatar penari yang sama. layaknya penuturan NASIR JAMIL , waka komisi III DPR ,kala menyaksikan pentas Tari Saman di Jakarta : “ Gerakannya energik. Tangan dan tubuhnya bergerak kesana kemari tapi tidak sampai berbenturan. Karena semua paham posisi masing – masing “ .
Dan soal sejarah . menurut Roeslan Abdulgan, sejarah adalah “keseluruhan perkembangan masyarakat serta kemanusiaan di masa lampau beserta kejadian-kejadian dengan maksud untuk kemudian menilai secara kritis seluruh hasil penelitiannya tersebut, untuk selanjutnya dijadikan perbendaharaan pedoman bagi penilaian dan penentuan keadaan sekarang serta arah proses masa depan”. Dan diantara perbendaharaan pedoman yang bisa kita raup dari bangsa budaya kita adalah budaya Reog . Reog menceritakan penyebab runtuhnya Majapahit karna foya –foya si raja dan kejadian – kejadian yang berkaitan dengan keruntuhan tersebut.
jadi beruntunglah kita sebagai bangsa yang kaya akan budaya, memiliki ratusan kebiasaan yang bisa mengarahkan ke Indonesia yang berjaya
Namun sayangnya pemuda zaman kini tak sedikit yang lupa atau bahkan belum mengenal nilai –nilai yang justru sangat primer bagi kecemerlangan masa depan mereka yang juga berpengaruh bagi masa depan bangsa.
Jadi dalam blog ini , kami sajikan data – data tentang warisan budaya negri ini dan juga hal- hal lain yang berkaitan dengan budaya . SELAMAT MEMBACA DAN SEMOGA BERMANFAAT.

Posting Populer

Diberdayakan oleh Blogger.

- Copyright © 2013 Cermin Purba -Sao v2- Powered by Blogger - Designed by Johanes Djogan -